Tahun ini saya kebetulan mendapat kesempatan mengajar 2 model pengajaran dari kampus yang berbeda. Untuk menyamakan persepsi kita defenisikan dulu maksud dua model pembelajaran ini
- Pembelajaran 100% online yang diadakan melalui mekanisme elearning dan zoom
- Mekanisme hybrid, disini modelnya dalam satu kelas mahasiswa dibagi menjadi 2 bagian dan proses kuliah ada sebagian masuk kelas dan sebagian via zoom di waktu bersamaan dengan tatap muka, dan itu terus bergantian siapa yang masuk dan siapa yang zoom.
100% Online dan Tantantangannya
Sebenarnya kalau kuliah 100% online ini tantangan ada pada kreatifitas dosen dalam memberikan materi tapi bagi saya model ini dan tatap muka sama saja karena kita juga bertemu mahasiswa secara langsung, dan wajib menghidupkan kamera selama masa kuliah sebagai bentuk kewajiban syarat absen, ini cukup efektif membuat mahasiswanya fokus walau untuk mahasiswa bekerja sering kali karena kuliah malam mereka masih berada dikendaraan umum mengikuti kuliah dan yang seperti ini saya beri kesempatan mematikan kamera dan mereka biasanya mengikuti kuliah pakai HP, paling seperti ini ada sekitar 10% mahasiswa.
100% kuliah online buat kita dosen cukup memudahkan kita bisa masuk kuliah tepat waktu dan lebih leluasa menjelaskan materi dengan berbagai sumber, bahkan bisa langsung men-demokan software secara nyata, dan jika ada presentasi kita juga bisa langsung mengarahkan mahasiswa dalam mengoperasikan software jika ini kuliah menggunakan alat bantu. Selanjutnya tugas dan bahan materi kuliah bisa mereka ambil melalui elearning sekalian absensi.
Kuliah Hybrid 50:50 dan Tantangnnya
Ini menurut saya kurang efektif, selain kita gak akan bisa berbagi focus kepada mahasiswa yang ada di zoom karena kita akan focus pada mahasiswa yang ada dikelas, selain itu sebagian besar jaringan internet dikampus itu tidak stabil sering sekali membuat zoom log out, maka ini mengganggu kita yang sedang asik menjelaskan yang akan selalu di sela mahasiswa untuk diminta log in zoom kembali. Selain itu juga mahasiswa yang malas datang kekampus yang memang jadwal mereka tatap muka akan memilih online dengan alasan bermacam-macam sakitlah, urus urat ini itulah, anter ibu ke RS lah, saudara nikahan lah, intinya banyak alasan. Misalkan 40 puluh mahasiswa 20 tatap muka dan 20 online maka realisasinya yang tatap muka hanya bisa 10 orang maka ini gak efektif dan gak efisien waktu ketimbang semuanya disuruh online saja, dosen bisa lebih focus mengontrolnya.
Menurut saya jika mutu kuliah ini mau tetap stabil maka jangan pakai metode separuh-separuh, 100% tatap muka atau 100% online. Keunggulan tatap muka dari lama kita sudah tau begitu juga kekurangannya, keunggulan online kita juga tau seperti kita bisa memberi peluang banyak praktisi mengajar di kampus karena ruang dan waktu tidak membatasi, bagi praktisi meluangkan waktu mengajar 2,5 jam tanpa meninggalkan kantornya atau kotanya ini tidak ada masalah dan ini membuat mahasiswa mendapat wawasan langsung dari dosen praktisi.
Kalau dilihat dari program MBKM kuliah online ini juga sangat cocok, sehingga hubungan mahasiswa aktivitas luar kampus bisa di kondisikan tanpa meninggalkan aktivitas kuliah teori melalui dosennya langsung.