Kuliah Tatap Muka Penuh Apakah Masih Relevan?

Pandemi Covid 19 di awal tahun 2020 membuat percepatan penerapan lingkungan 4.0 bahkan 5.0 hal ini tidak dapat kita pungkiri. Menurut Reportero Industrial sektor yang paling terpengaruh oleh covid-19 dalam produksinya selama bulan-bulan pertama tahun 2020, menurut angka dari konsultan global KPMG, adalah :Otomotif: -32%,Peralatan transportasi: -28%, Tekstil: -27%, Logam: -27%, dan Mesin listrik: -25%.

Di indonesia dampak covid 19 juga tidak kalah hebatnya. Hampir seluruh sektor industri terpengaruh termasuk dunia pendidikan. Dunia Pendidikan yang awalnya baru berlajar mentransformasi menuju 4.0 langsung didesak untuk menerapkan 4.0 secara penuh, awalnya semua kocar kacir karena belum siap dan tidak lama semua mulai bisa menyesuaikan diri dan sekarang malah menjadi terbiasa.

sudah hampir 2 tahun mahasiswa belajar dengan proses daring, mereka mulai terbiasa bahkan bisa mengerjakan banyak hal di sela-sela kuliah, begitu juga dengan tenaga pengajar di perguruan tinggi akhirnya di isi oleh banyak praktisi yang awal tidak mau mengajar karena harus meninggalkan pekerjaan terlalu lama untuk pergi ke kampus dan melakukan pengajaran, sekarang mereka bisa memberikan waktu kurang lebih 2 jam buat mengajar setelah itu melajutkan pekerjaan kembali tanpa harus meninggalkan kantor mereka, semua bisa berjalan dengan baik dan anak didik mendapat wawasan langsung dari praktisi sehingga pengajaran lebih bermakna bagi mereka. Ini juga tentunya membuat perbedaan dari mutu pendidikan yang di terima anak didik dari yang tadinya di didik oleh dosen yang dominan akademisi murni yang kadang beluam cukup pengalaman praktek dilapangan kemudian di didik oleh praktisi yang syarat pengalaman yang akan mereka butuhkan sebagai gambaran saat lulus nanti sehingga kekosongan yang ada menjadi lebih lengkap dari sisi keilmuan..

Setelah saya diminta menjadi trainer dan penguji di Program Kredensial Mikro Mahasiswa Indonesia (KMMI) 2021 Kemendikbud yang di selenggarakan oleh universitas Trisakti terkait Digital Marketing selama 14 kali pertemuan dimana para mentor di isi oleh akademisi dan Praktisi yang berpengalaman dan dilakukan secara daring dan peserta dari berbagai perguruan tinggi diseluruh Indonesia kurang lebih 400 mahasiswa di bagi menjadi 10 kelas, setiap kelas dibagi menjadi 8 kelompok dan setiap kelompok disini 5 mahasiswa memperlihatkan bahwa kuliah daring juga dapat menghasilkan output yang tidak kalah dari kuliah tatap muka dan bisa dijalani oleh mahasiswa dan pengajar dari mana saja.

Melihat kondisi ini saya melihat kuliah tatap muka sudah tidak relevan untuk dilakukan secara 100%, karena dengan kuliah online banyak kesempatan yang terbuka bagi mahasiswa seperti bisa melakukan pemagangan dengan waktu yang cukup atau mengembangkan kompetensi lain yang berguna bagi mereka menghadapi dunia profesional setelah lulus. Jadi kampus yang menawarkan kuliah tatap muka 100% akan ditinggal peminatnya, mungkin kampus harus mulai merubah pola seperti dari 8 semester perkuliah s1 cukup 2 semester saja mereka tatap muka sisanya lebih banyak di berikan perkuliahan secara online dan sisanya disuruh kepada kegiatan penunjang, ini juga sejalan dengan program Kampus Merdeka dan Merdeka Belajar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *